ivacwicha-header

3 Metode dalam Mendidik Anak sejak Usia Dini

Konten [Tampil]


“Hari ini kita bikin DIY apa Umma?”   “Yuk mau baca buku yang mana Umma?”
Begitulah kata-kata yang sering ku dengar setiap harinya dari Azka yang baru saja lulus dari masa batita bulan November lalu. Kata-kata yang membuat ku terus bersemangat membersamainya setiap waktu.

Sebagai Ibu Rumah Tangga yang sehari-hari diberi kepercayaan mengurus semuanya sendiri, pasti kadang merasa lelah dan bosan. Tapi jika kita menjumpai anak begitu semangat belajar, kita pun jadi makin termotivasi untuk memberikan pendidikan yang terbaik (versi kita masing-masing) di rumah.

Biar bagaimana pun pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan dari orang tua, khususnya Ibu. Maka dari itu sudah seharusnya kita sebagai Ibu harus terus merasa haus ilmu akan pengasuhan dan pendidikan untuk anak kita. Apalagi di era serba digital ini, dimana kita bisa dengan mudah mendapatkan berbagai informasi dan ilmu tentang parenting. Selain dari buku, kita bisa juga mendapatkan banyak informasi yang tentunya valid melalui situs parenting The Asian Parents


Pada masa golden ages, anak bisa dengan mudah dan cepat menyerap segala informasi yang ia tangkap dengan panca indranya. Dimana kemapuan-kemampuan yang bisa dicapai anak selama 3 tahun pertamanya, jika dilakukan oleh orang dewasa membutuhkan kerja keras selama 60 tahun.

Jadi sangat penting bagi kita untuk selalu memberikan Stimulasi yang Tepat untuk Mengembangkan Kreativitas Anak di Usia Toddler dan Prasekolah agar tumbuh kembang anak bisa maksimal. Dengan begitu anak akan punya pondasi yang kuat untuk menjalani kehidupan yang akan datang dengan mandiri dan juga tangguh dengan nilai-nilai kebaikan sebagai dasarnya.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan usaha kita sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan dan keingintahuan anak. Saat ini banyak metode atau pilihan gaya pengasuhan untuk anak. Masing-masing tentunya memiliki kelebihan dan tingkat tantangan tersendiri yang mungkin bisa saling melengkapi. Yang paling penting adalah kita harus menyesuaikan dengan kondisi dan karakter masing-masing anak. Karena setiap anak itu unik dan tidak bisa disamaratakan atau bahkan dibandingkan.

Pada tulisan kali ini, saya akan membahas 3 Metode dalam Mendidik Anak yang sudah saya aplikasikan ke anak sejak bayi hingga kini sudah memasuki tahun ketiganya. 

 

METODE MONTESSORI

Yang pertama, kita mulai dari metode yang sedang banyak diminati oleh para Ibu Milenials saat ini. Salah satu metode pengasuhan yang sangat popular di dunia dan kini pun makin digandrungi pula di Indonesia, yaitu Metode Montessori. Metode ini semakin banyak berseliweran di media sosial dengan berbagai permainan dan aparatus yang sangatlah menarik dan instagrammable

Padahal sudah banyak buku dan juga sekolah online Diploma Montessori yang menjelaskan bahwa konsep montessori bukanlah sekadar aparatus dan rak terbuka, melainkan lebih dari itu. Montessori merupakan gaya hidup.

Montessori sendiri diambil dari nama Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan dari Italia yang menyatakan bahwa manusia terlahir dengan membawa blueprint (cetak biru/rancangan besar) yang ada di dalam dirinya yang tidak terlihat dari luar. Maria Montessori yakin bahwa masing-masing anak memiliki cetak biru yang memuat semua potensi dalam diri sehingga mudah mengetahui mau jadi apa anak itu nanti

Metode Montessori mengedepankan fokus kepada anak dan memberikan stimulasi secara holistik guna pertumbuhan dan perkembangan anak yang maksimal. Montessori mengutamakan apa yang “tidak kelihatan” atau bagian yang “tidak sadar” sebagai basis dari pendidikan anak di kemudian hari. Montessori mempersiapkan anak untuk hidup secara mandiri yang dilatih sedini mungkin melalui kegiatan sehari-hari.

Montessori terdiri dari 3 hal penting:

1. The Prepared Adults

Sebelum mempersiapkan anak, kita sebagai orang tua harus menyiapkan diri terlebih dahulu. “Be a conscious parent”, menjadi orang tua yang sadar betul bagaimana tanggung jawab kita kepada kehidupan anak mendatang. Dengan cara mempersiapkan ilmu dan juga siap merubah karakter, sehingga kita mampu menahan emosi dan bersabar untuk memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi.

Penting juga untuk kita sebagai orang tua untuk mampu mengetahui adakah inner child yang masih berbekas di hati. Inner child merupakan sisi kepribadian yang kekanak-kanakan pada seseorang yang berkaitan dengan pengalaman buruk di masa lalu. Biasanya efek dari apa yang telah kita alami sebelumnya saat kita masih kecil. Inner child mampu memberikan refleks buruk saat timbul pemicu yang mirip atau bahkan sama seperti yang kita alami dulu atas perlakuan orang tua kita. Jangan sampai perlakuan yang buruk atas orang tua kita jaman dulu terulang lagi dan menimbulkan luka pula di hati anak kita.

2. The Prepared Environment

Lingkungan yang dipersiapkan bukan hanya soal material berupa mainan kayu yang mahal, furniture rak-rak terbuka yang lengkap, dan hal-hal yang bersifat fisik lainnya. Namun juga dipersiapkan lingkungan yang bisa menunjang kebutuhan dan keingintahuan anak yang sesuai dengan periode kepekaan anak.

Orang tua memberikan fasilitas yang mudah dijangkau oleh anak sehingga anak bisa mencoba secara langsung apa yang diminatinya saat itu. Misalnya, kita menyediakan tangga atau bangku kecil untuk anak, agar anak mampu menjangkau wastafel sendiri saat hendak mencuci tangan. 

3. Freedom within Limits

Kebebasan dalam Montessori diberikan dengan disertai aturan dasar yang bisa disepakati bersama terlebih dahulu. Aturan dasar tersebut harus menggambarkan tiga batasan utama, yaitu respek terhadap dirinya, respek terhadap orang lain, dan juga terhadap material. Hal ini ditujukan untuk menumbuhkan motivasi dari dalam diri untuk disiplin bukan karena paksaan, tekanan, atau pun sistem pujian dan hukuman.

Sebagai contoh, saat kita memberikan waktu bebas anak bermain, sebelumnya kita sepakati dulu batasan area yang digunakan untuk bermain sang anak. Jadi anak akan memperkirakan mainan apa saja yang bisa ia gunakan untuk bermain yang tidak melebihi area yang sudah ditentukan.


5 Area Montessori

Ada lima area utama dalam lingkungan Montessori

1. Practical Life

Latihan kehidupan praktis dari kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian, menuang, menyendok, mengelap meja, memotong sayur, menjemur, melipat baju, dan banyak hal lainnya.

Ketika Azka (anak saya) belum genap 1 tahun saya pun sudah menerapkan practical life ke anak, seperti membiarkannya ikut memetik dan memotong sayur saat saya di dapur, mengisi botol minum, menyiram tanaman, dan juga mengajaknya menjemur pakaian.

Kok anak cowok diajarin pekerjaan perempuaan sih? 

terlintas pertanyaan seperti itu kah Moms?

Sebenarnya, pekerjaan rumah sehari-hari seperti itu bukanlah pekerjaan perempuan saja lho Moms. Tapi kemampuan yang "seharusnya" bisa dilakukan baik perempuan dan juga laki-laki. Karena kita tidak pernah tahu kehidupannya kelak seperti apa, jadi kewajiban kita untuk membekali life skills sedari dini. Siapa yang tahu, kelak anak kita berhasil kuliah di luar negeri, mau tidak mau kemampuan mengurus kebutuhannya sendiri pun harus sudah dikuasai sebelumnya agar tidak menggangu proses belajarnya disana. Kalau pun tidak, kelak anak akan menjadi seorang suami dan Ayah yang juga berkewajiban membantu mengerjakan pekerjaan rumah, entah karena istri sakit atau karena keadaan mendesak lainnya. Kita sendiri sebagai fulltime Moms pasti berharap kan kalau suami ikut andil dalam pekerjaan domestik kita.

2. Sensorial

Kegiatan ini melibatkan panca indra anak dan melatih koordinasi mata dan tangan. Seperti saat mengajak anak bermain memindahkan air dalam botol, dimana mata anak akan konsentrasi melihat lubang botol dan tangannya aktif bergerak. Selain itu, kita juga bisa menstimulasi panca indra lainnya seperti hidung untuk mengidentifikasi aroma yang berbeda, telinga mendengarkan intruksi atau lagu, dan juga pengecap untuk mengenal rasa.

Untuk kegiatan bermain anak, saya suka menyiapkan DIY berbagai macam dari bahan-bahan yang simple yang ada dirumah untuk melatih sensori anak. Seperti ini contohnya ya Moms..

Untuk ide-ide bermain lainnya Moms bisa mampir kesini yaa... 

Related:  5 Ide Bermain DIY Simple bersama Anak di Rumah.

Yang terpenting dalam bermain dengan anak anak kita hadir 100% saat membersamainya, dalam arti salam sesi bermain ini kita fokus kepada anak tidak sambil mengerjakan hal yang lain. 

3. Cultural

Terdiri dari ilmu hewan, ilmu tumbuhan, sejarah dan juga geografi. Kita bisa membacakan buku-buku mengenai binatang dan alam, mengenalkan peta atau bola dunia, dan juga bisa membacakan tentang cerita-cerita di era terdahulu.

Sebagai seorang muslim, saya suka membacakan kisah para Nabi dan juga tentang ciptaan-ciptaan Allah seperti hewan, tumbuhan dan juga langit dan bumi, agar anak sedini mungkin mengenal dan cinta kepada Allah dan RasulNya. Moms bisa membacakan nyaring buku-buku yang ada atau bisa dengan mengamati barang-barang di sekitar dan menjelaskannya ke anak. 

4. Languange

Kegiatan untuk belajar tentang keaksaraan. Dalam montessori anak akan belajar kosakata dengan menunjukkan benda-benda yang konkrit terlebih dahulu, setelah anak paham baru diberikan replica atau juga bisa melalui gambar-gambar dibuku maupun flashcard.

Mengenalkan kosakata kepada anak bisa sedini mungkin, bahkan sejak anak lahir. Mulai dari mengajaknya ngobrol dan bernyanyi, mampu menstimulasi kemampuan bicara anak. Oiya, dalam mengenalkan lagu-lagu untuk bernyanyi, baiknya kita sendiri yang nyanyikan ke anak ya Moms, tidak melalui gawai ataupun televisi. Karena interaksi dan kontak mata saat bernyanyi dengan anak secara langsung akan lebih menstimulasi kinerja otak anak untuk menirukan, dengan melihat ekspresi dan gerak bibir kita.

5. Mathematics

Matematika dalam Montessori sangat unik karena bukan tentang menghafal angka-angka, tetapi justru langsung mengajarkan berhitung dengan menggunakan objek nyata.  Jadi anak akan lebih paham mengenai besaran jumlah, bukan sekadar tau angka 1-10 tapi tidak tahu maknanya.


Gimana menurut Moms? Sangat berbeda ya dengan sistem pengasuhan yang kita alami saat kita kecil dulu yaa.. Kalau dulu waktu kecil diperlakukan seperti raja yang apa-apa dilayani. Tapi ketika semakin besar dan belum bisa mandiri, kita pula yang dimarahi.

  

METODE SENTRA

Selain metode Montessori, ada satu lagi metode yang menarik perhatian saya. Yaitu metode sentra yang ditulis oleh Rhenald Kasali dalam buku Sentra Inspiring School.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa kunci pelaksanaan Metode Sentra adalah mendidik anak berdasarkan kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Untuk mengetahui kebutuhan anak, pengajar (baik guru maupun orang tua) harus terlebih dahulu belajar tahap perkembangan anak. 

Metode sentra dirancang untuk memberikan aturan pembelajaran yang bisa memberi stimulus otak anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali berbagai pengalaman dalam proses belajarnya. Metode sentra ini mengusung sistem belajar yang menyenangkan, sama seperti Montessori.

Dalam buku ini pula dijelaskan bahwa Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara dengan konsep Triloka, Ing Ngarsa Sung Tukada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani lahir dari kristalisasi pemikiran tentang sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Maria Montessori dan Rabindranath Tagore. Jika konsep Montessori sudah kita bahas di awal, adapun pemikiran Tagore lebih banyak berpusat pada kesusastraan.

Metode sentra ini sangat yakin bahwa pelajaran tentang nilai-nilai kedisiplinan tidak akan tumbuh baik dari ancaman, melainkan sebuah ketakutan. 

Ada enam prinsip pendidikan usia Dini dalam Metode Sentra



1. Pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak

Setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. Sebab masing-masing anak memiliki perbedaan dalam kemampuan dan ketertarikan. Jadi, tugas kita untuk bisa mendeteksi dan memberikan support yang tepat.

2. Dunia Anak adalah dunia bermain

Anak belajar melalui kegiatan atau permainan yang menyenangkan. Fun learning membuat anak lebih mudah menyerap dan memahami apa-apa yang kita ajarkan ke anak. Bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya. Sehingga anak dapat menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya.

3. Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja

Anak diajarkan untuk membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan fokus pada apa yang dikerjakan dan berusaha untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai dengan tuntas. Prinsip ini berkaitan dengan strategi membangun kemampuan executive function. Yaitu kemampuan otak untuk mengelola perhatian, emosi, dan perilaku agar seseorang bisa mencapai tujuan.

4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup anak

Tujuannya untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. Anak akan diajarkan untuk aktif bergerak menemukan jalannya sendiri, sehingga bisa lebih mudah beradaptasi terhadap perkembangan di era digital seperti saat ini

5. Pendidikan dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang

Tentunya dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Setiap kegiatan harus dapat membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak. prinsip ini bermanfaat untuk melatih anak memahami pentingnya prosedur belajar, sehingga nantinya anak akan memahami suatu proses dan tidak mengejar sesuatu secara instan.

6. Dalam kegiatan main, anak akan belajar lebih banyak bila mendapat pijakan

Ada 4 pijakan (Scaffolding) yang wajib diberikan ke anak saat bermain,

• pijakan berupa penataan lingkungan main

• pijakan awal main

• pijakan individual yang diberikan saat anak main

• pijakan setelah main

Sama seperti konsep Montessori, diperlukan keteraturan dalam proses belajar bermain seorang anak. Anak kita biasakan untuk bisa menyiapkan, memulai, dan juga membereskan mainan yang telah dipakai.


PENDIDIKAN MENURUT AL QURAN DAN HADITS

Last but not least, dimana ini menjadi sumber yang paling akurat dan juga lengkap. Bagi kita seorang muslim pastinya 2 pegangan ini lah yang paling utama. Kadang masih banyak orang yang belum menyadari bahwa konsep-konsep di luaran sana sebenarnya sudah dijelaskan dalam Al Quran. Karena segala ilmu di dunia (dan juga akhirat) bisa kita temukan di dalam Al Quran.

Merangkum dari sebuah buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam – Pendidikan Anak dalam Islam yang ditulis oleh DR. Abdullah Nashih ‘Ulwan. Ada 10 bidang kurikulum Islam yang bisa kita ajarkan kepada anak sejak dini.

bidang-kurikulum-islam


1. Pendidikan Iman
Terangkum dalam rukun iman dan ketauhidan. Kita bisa mulai kenalkan dari hal-hal yang mudah terlebih dahulu, seperti asma-asma Allah, ciptaan Allah, dan berlanjut sampai rukun iman yang terakhir. Tentu prosesnya bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak masing-masing.
2. Pendidikan Ibadah
Terangkum dalam rukun islam. Kita bisa ajarkan lewat lagu atau buku yang sekarang banyak sekali berisi tentang ibadah harian kita. Tentunya diiringi dengan memberikan keteladan kepada anak melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan.
3. Pendidikan Akhlak
Dengan menceritakan kisah Rasulullah yang menjadi teladan terbaik kita. Saat ini sudah banyak sekali buku kisah Nabi dan Rasul yang disusun dengan menarik sehingga nak akan lebih menyukainya, tetapi juga tidak kehilangan pesan teladan yang ingin diajarkan.
4. Pendidikan Fisik
"Muslim yang kuat lebih aku cintai daripada mukin yang lemah.." (HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan ke kita bahwa pentingnya melatih kekuatan fisik untuk kesehatan kita sendiri dan juga bisa bermanfaat secara lebih luas. Oleh karena itu, sedari dini kita latih fisik anak kita dengan mengajaknya bermain di luar rumah agar ruang geraknya semakin luas. Kita bisa mulai dengan melatih motorik kasar anak seperti dengan berlari, memanjat, melompat, bersepeda atau bermain bola. Agar kelak anak terbiasa rajin berolahraga.
5. Pendidikan Akal atau Intelektual
Inilah yang biasanya menjadi concern para orang tua untuk anaknya. Dimana anak dianggap prestasi jika juara dalam nilai akademisnya. Hal ini memang penting, tapi bukanlah segalanya karena ada banyak kemampuan lain sebagai potensi diri anak masing-masing. Untuk kemampuan kognitif anak, saya kemas dalam Fun Learning melalui DIY yang sudah dibahas di atas.
6. Pendidikan Sosial
Dimana anak harus diajarkan untuk aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. Kita bisa mulai sejak dini, mengajak anak untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Kita pun wajib mengajarkan perbedaan antara adab saat bermain dengan teman sebayanya dan adab saat bertemu dan berinteraksi dengan orang yang lebih tua.
7. Pendidikan Dakwah
Maksudnya bukan berarti menjadi seorang penceramah saja, tetapi yang dimaksud disini anak dibiasakan untuk beramar ma'ruf nahi munkar. Yaitu mengajak melakukan hal baik dan meninggalkan perbuatan munkar. Melalui teladan kita sebagai orang tuanya, kita mencontohkan ke anak apa-apa saja yang boleh dan yang dilarang. 
8. Pendidikan Seks atau Jansiyah 
Dulu hal ini masih dianggap tabu (atau bahkan sebagian orang tua jaman dulu ada yang masih menganggap tabu). Tapi di jaman digital ini, pendidikan seks bukanlah hal yang tabu lagi. Jadi jangan malu mengajarkan ke anak tentang organ intim dan auratnya. Kenalkan ke anak dengan istilah medis nama-nama bagian tubuh anak kita dan bagian mana yang menjadi privasi anak. Jelaskan pula bahwa organ intimnya itu hanya dia dan Mom Dad saja yang boleh menyentuhnya. Moms bisa jelaskan saat memandikan anak. Ajarkan pula adab berinteraksi denga lawan jenis sejalan dengan bertambahnya usia anak.
9. Pendidikan Kemandirian
Yang sudah terangkum dalam metode Montessori ataupun metode Sentra dalam life skills dan cara bermain di atas.
10. Pendidikan Psikologis 
Untuk kematangan secara emosi atau kejiwaan anak. Karena anak juga manusia yang perlu kita jaga perasaan dan juga emosinya. Ada banyak kesalahan cara pengasuhan orang tua jaman dulu yang memberikan efek psikologis ke anak. Seperti membentak, mengancam, menakut-nakuti, atau bahkan menghukum secara fisik. Saatnya kita merubah gaya pengasuhan itu ya Moms.

Iya seluas dan sedetail itulah apa-apa yang bisa kita ajarkan dan tanamkan ke anak-anak kita meski mereka masih balita. Tentunya dengan cara penyampaian yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak kita masing-masing. Karena tiap anak itu unik dan punya perkembangan masing-masing yang mana tidak bisa disamakan atau bahkan dibandingkan dengan anak lain.

Semoga dari 3 metode ini memberikan gambaran baru atau penyemangat kita dalam mengoptimalkan waktu bersama anak. Saatnya memutus rantai pola asuh para orang tua era baby boomer yang memperlakukan anak secara otoriter atau pun sistem helikopter dimana anak tidak diberi kesempatan untuk tahu kemampuannya. Jangan pernah under estimate akan kemampuan anak kita ya Moms, karena dibawah 5 tahun kemampuan anak itu seperti spons yang bisa menyerap banyak hal dan masih belum ada filternya. Jadi tugas kita untuk mencontohkan hal-hal baik dalam keseharian kita dan juga menstimulasi kemampuan anak dengan cara yang menyenangkan.

Saatnya kita para orang tua milenial untuk merubah diri agar bisa tercipta generasi yang mandiri, inovatif dan juga tangguh.

Aamiin ya Rabbal'alaamiin...

 

 Referensi : 

  • Kuliah Online "Montessori for Todder" bersama Miss Ursula Rebecca (USA)
  • Buku "Sentra Inspiring School" - Rhenald Kasali
  • Kuliah Online "Siap Mendidik" bersama Karina Hakman



Iva C Wicha
Parenting Enthusiast, Happy to share #FunLearning idea for Kids on my Instagram, Email: ivacwicha@gmail.com

Related Posts

45 komentar

  1. Masya Allah, Azka makin pinter ya mbak. Aku juga jadi nambah ilmu nih tentang pendidikan anak usia dini.

    BalasHapus
  2. Akupun suka baca-baca buku montessori tapi prakteknya masih minimalis. hiks
    kalau metode sentra aku baru tahu nih, wah ilmu baru. Salut sama mbak iva sama konsisten dan totalitasnya membersamai anak, semoga aku bisa memaksimalkan masa emas anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku pun baru tahu mbak metode sentra ini, ingin mengulik lebih dalam ah, coba cari2 bukunya kali aja ada di gramed.. menarik pembahasannya, mengulang-ngulang suatu hal terutama, ini yg saya terapkan pada anak juga soalnya

      Hapus
  3. Nice sharing, mbak! Aku pun sedikit demi sedikit keluar dari pola asuh orang tua zaman dulu. Semoga generasi ke depan dapat maksimal dalam mengembangkan potensi dirinya sejak dini.

    BalasHapus
  4. Yes sepakat pola asuh baby boomer emang udah nggak zaman ya. Aku sih taunya Montessori, soalnya sahabatku pakai metode itu untuk anak-anaknya bahkan saat sekolah. Baru tahu juga kalau om Rhenald Kasali mengembangkan metode untuk mendidik anak

    BalasHapus
  5. Sampai saat ini sayamasih belum memgerti pendidkan montessori yang diterapkan di rumah. Apakah yang saya terapkan sudah sesuai atau tidak? Entah. Yang pasti sesuai dg norma agama dan keluarga.

    BalasHapus
  6. Iyaaa nih betul banget kalo dengan ancaman yg muncul adalah ketakutan yaa. Pdhl model begini udah nggak layak lg kalo sekarang mh. Memang seperti Ali bin Abi Thalib bilang mengasuhlah sesuai dgn zamannya si anak yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah setuju jg ;) paling pas memang disesuaikan dg jamannya karena makin berkembang, dan anak jg harus disesuaikan :)

      Hapus
  7. MasyaAllah, lengkap banget nih Mbak.
    Montesori dan Sentra dimana-mana dibahas ya Mbak, tapi sungguh Pendidikan dalam Islam yang metujuk pada Al Quran dan Hadits jauh lebih lengkap ya, MasyaAllah.

    BalasHapus
  8. masyaAllah makasih Mba Icha, banyak banget bekal ilmu yang dibagikan nih. Penting banget buat aku yang belum ada anak. Jadi mempersiapkan diri juga

    BalasHapus
  9. MasyaAllah, anak-anak usia toddler memang harus lebih intens dalam membersamai dan memberikan pendidikan sesuai fitrahnya. Terutama pendidikan agama dan tauhid. Semoga sehat dan makin cerdas ya mba buah hatinya

    BalasHapus
  10. Aku tim montessori mba, sejak masa paud anakku udah aku masukkan ke playgroup dengan sistem montessori nih karena aku memang suka sistemnya

    BalasHapus
  11. Lagi ngehits banget emang metode montessori ini jaman now, dan semua latah mengikutinya. Padahal menurutku, balik lagi ke pribadi diri sendiri apakah cocok dengan sistem begini atau tidak buat anak2.
    Ga bisa memaksakan sistem pendidikan, apalagi pendidikan di usia dini yang memang butuhnya bermainn yaaa. Mengasuh anak sesuai dengan zamannya si anak itu sendiri..

    BalasHapus
  12. Nice infonya, mbak. Dan bermanfaat sekali untuk parenting dalam mengasuh anak

    BalasHapus
  13. Tertarik banget dengan ilmu pendidikan anak dari Rhenald Khasali yang mengatakan pendidikan anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan menurut tahap perkembangan anak. Terima kasih atas infonya.

    BalasHapus
  14. wah ini lengkap banget nih buat nyari metode pendidikan anak usia dini. saya pernah coba montessori tapi kurangs esuai dengan anak - anak, dan sekarang belum coba lagi metode yang lain. saya ijin save artikel kakak ya, mau saya rangkum untuk bahan pertimbangan

    BalasHapus
  15. Harapan ku banyak ibu-ibu yang akan menjalankan metode-metode ini. Gak kebayang anak-anak sebagai generasi masa depan punya bekal pendidikan yang sangat baik dari para orang tua yang melakukan metode-metode ini.

    BalasHapus
  16. Walau anak anak saya udah gede tapi masih sering buka The Asian Parents lho
    Karena pengetahuan pola asuh berkembang pesat, apa yang baik sepuluh tahun lalu tak berlaku lagi sekarang

    BalasHapus
  17. wah banyak banget nih ilmu yang baru aku tau, akupun jadi orang tua masih terus belajar gimana cara yg cocok buat pengasuhan yg baik.
    Terima kasih infonya bermanfaat.

    BalasHapus
  18. Saya sering melihat soal metode montessori inni ,tapi belum pernah melihat lebih ke dalamnya lagi, memang banyak sekali metode pendidikan anak sejak dini, kita bisa memilih yang paling cocok untuk keluarga kita

    BalasHapus
  19. Tiga tipe mendidik anak ini jadi pembelajaran buat daku besoknya, sehingga bisa ada pilihan mana yang cocok untuk diterapkan

    BalasHapus
  20. Jadi orang tua memang harus tetap memberdayakan diiri ya mbak.. Ternyata sebanyak ini yang harus diterapkan hihihi tapi demi anak tetap harus belajar..

    BalasHapus
  21. Wah Pak Rhenald Kasali sdh mengeluarkan buku baru khusus pendidikan anak yaa? Menarik mba biasanya buku Pak Rhenald enak utk dibaca, terima kasih infonyaa

    BalasHapus
  22. Topik tentang pendidikan anak saat ini paling menarik buat diikuti ya. Setidaknya bikin pasangan muda saat ini tahu kalau anak mereka juga harus dibimbing buat lebih baik ya.

    BalasHapus
  23. Keren banget, Teh, di masa pandemi ini, proses mengajarkan anak dari masalah kebersihan, dapur, kamar hingga tugas2 sekolah jadi lebih intens. Perlahan saya belajar lagi dan terus evaluasi, ternyata banyak sekali keterampilan maupun anak2 yang masih perlu diasah. Doakan saya tetap semangat dan konsisten ngejalanin konsep montessori dan parenting yang tepat buat anak2, yah

    BalasHapus
  24. wah ternyata ada banyak banget ya pelajaran buat mendidik anak nih mba, bermanfaat banget buat mendidik anak kelak kalau udah jadi orang tua nih. Selain ilmu psikologis, ilmu-ilmu agama juga jadi landasan penting buat mendidik anak ya

    BalasHapus
  25. Wah ternyata masa pandemi bisa ya dimanfaatkan untuk mendidik anak supayalebih bertanggung jawab terutama mengerjakan apa yang menjadi kewajiban seperti belajar bertanggung jawab , ide bagus nih kak..

    BalasHapus
  26. Terimakasih untuk informasi mendidik anak ini ya mba, bisa dipelajari ini sebelum menikah.

    BalasHapus
  27. Aku tertarik dengan metode Montessori. Tahun 2019 pernah dapat beasiswa short course Montessori, alhamdulillah ilmunya bermanfaat banget.

    Kalo metode sentra sering dengar Aja, ternyata emang been bener Central ya anak.

    Kalo tarbiyatul aud jujur aja belum pernah baca tapi tertarik membacanya. Mbak Iva punya bukunya kah?

    BalasHapus
  28. Dulu ku belum tahu nih metode montessori ini, sekarang malah ga ada balita pengen belajar juga buat memahaminya.

    BalasHapus
  29. pola asuh tiap orang emang beda-beda ya dicari2 yang sesuai dengan pasanganpun biar cocok diterapkan butuh waktu. kalau sentra gini di sekolah anakku mak, dah dimulai sentra. jadi peminatan lebih diasah enaknya. enak juga ya ternyata bisa diterapin ke gaya parenting kita

    BalasHapus
  30. Aku tipe yang belajar banyak metode parenting dan sesuaikan dengan kebutuhan anak dan kemampuan keluarga :)

    BalasHapus
  31. terima kasih atas informasinya tentang metode pendidikan bagi anak usia dini.

    Sesuaikan dengan metode pilihanmu dan praktekkan hal-hal tersebut didalam keluargamu.

    BalasHapus
  32. Masya Allah, pinter bgt Azka ;) kadang yg jd penyemangat itu datang dari anak sendiri ya, seneng kalo liat anak selalu aktif hehe

    BalasHapus
  33. Masya Allah lengkap banget artikelnya mbak, menambah pengetahuan ku tentang mendidik anak nih. Semoga nanti kalo udah nikah dan punya anak bisa langsung mempraktekkan nya, aamiin. .

    BalasHapus
  34. Sekali lagi makasih banyak Mbak. Aku jadi mulai terbuka soal banyak hal tentang anak. Mulai dari agama hingga sosialnya. Banyak contek dari Mbak nih hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaah benar, saya juga sebenarnya sudah lama ingin bisa belajar sambil bermain dengan anak-anak, tapi selalu keskip dengan urusan ini itu jadilah nanti aja deh dulu, padahal tiap ke toko ATK gitu suka beli perintilan-perintilan yang niatnya mau ber DIYan mainan tuk anak-anak.
      mulai sekarang mau action juga aahh..
      sekali lagi makasih ya Mbak :)

      Hapus
  35. Setuju banget nih, cara-cara intimidatif untuk mendidik anak harus ditinggalkan, walau kadang kita juga suka lupa sih pake sistem reward dan punishment, itu gimana ya akalin untuk mengajarkan anak disiplin?

    BalasHapus
  36. waah, suka banget ulasannya. aku semenjak anak PJJ, jadi belajar juga gimana jadi home educator. aku juga memakai metode montessori. masih belajar aku mba, lesson plan juga belum terlaksana sepenuhnya. banyak tantangan hihihi

    BalasHapus
  37. Terima kasih sharingnya mbak, pas banget anakku msh usia TK nih.
    Anak2 emang jangan hanya diajari teori ngitung baca tapi penting jg lifeskill dan tentu saja pondasi agama perlu sekali utk diajarkan sejak dini ya

    BalasHapus
  38. Di masa sekarang ini ilmu dan pengetahuan tentang parenting makin banyak, tentu jauh berbeda dengan jaman orangtua kita dahulu. Jadi seharusnya orangtua masa kini tidak boleh malas mencari ilmu parenting demi memberikan stimulasi yang tepat untuk anak.

    BalasHapus
  39. Keren ya pendidikan montessori ini, belajarnya kayak main-main aja. Anaknya juga pasti happy deh.

    BalasHapus
  40. Masya Allah, banyak bgt PR utk para ibu ya. Semoga kita selalu diberi semangat dan energi berlebih sm Alloh untuk mencerdaskan anak2

    BalasHapus
  41. Metodecmontessori ini banyak dianut para orangtua ya. Masa pandemi dengan mendidik anak di rumah, aku jadi banyak belajar metode ini

    BalasHapus
  42. Betul sekali ini, kak...Aku setuju mengenai pendidikan yang kita terapkan harus orangtua hadir 100% membersamai. Hasilnya akan sungguh berbeda ketimbang hanya menyerahkan ke tenaga pendidik di sekolah, misalnya.

    Mau donk, kak...
    Dituliskan tips pendidikan pengenalan Seks atau Jansiyah secara lebih rinci.

    Tulisannya bisa menjadi panduan orangtua untuk mendampingi anak dan meberikan semangat.

    BalasHapus

Posting Komentar