ivacwicha-header

Mengelola Insecure dengan mengenali 4 Penyebabnya

Konten [Tampil]


Belakangan ini perasaan insecure sedang hangat diperbincangkan. Suatu perasaan yang bisa menyerang siapa saja dalam situasi dan kondisi tertentu. Dari gejala ringan hingga berakibat fatal seperti stres atau menarik diri dari lingkungan luar.

Insecure secara bahasa memiliki arti tidak aman. Yups, perasaan tidak aman atau kegelisahan yang membuat seseorang merasa tidak percaya diri, minder, takut, atau pun malu.

Perasaan insecure pun tak luput menyerang para new Moms yang masih belajar dan beradaptasi dengan peran barunya. Motherhood Insecurities terjadi kepada mereka yang masih meraba-raba dan belum terbiasa akan mudah sekali merasa cemas dan khawatir berlebihan. Ditambah melihat dunia luar yang hanya sebatas kulitnya saja membuat perasaan insecure ini semakin menjadi-jadi.

Jika perasaan ini dibiarkan berlarut-larut, bisa berpengaruh pada kesehatan mental seseorang, khususnya seorang Ibu dalam peran barunya. 

Jadi, yuk kenali penyebabnya agar kita bisa mengelola perasaan dengan baik dan terhindar dari perasaan insecure sehingga bisa optimal saat membersamai anak kita.


1. Suka membandingkan


Comparison is enemy of Joy ~ anonym

Yups, membandingkan adalah pencetus terbesar dari perasaan insecure ini. Suka membanding-bandingkan antara apa yang kita miliki dengan yang orang lain miliki. Rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau. Terlalu sibuk memperhatikan nikmat orang lain sampai lupa nikmat sendiri. Itulah kelemahan manusia, selalu merasa kurang dan lupa bersyukur atas kenikmatan yang dimiliki.

Saya pun dulu sering merasa insecure kalau melihat anak orang lain yang bisa gemuk bin tambun ginuk-ginuk (apasih). Karena anak saya termasuk anak yang susah makan saat MPAsi padahal sebagai Ibunya sudah melakukan berbagai cara untuk membuatnya lahap. Akhirnya saya berhenti membandingkan anak saya dengan anak lain, karena saya sadar betul tiap anak itu punya PRnya masing-masing untuk orang tuanya. Sehingga menjadi lebih minim stress saat jadwal makan anak tiba.


2. Memandang rendah diri sendiri

Rendah diri bukanlah rendah hati.

Dulu saat masa awal pernikahan, pernah merasa insecure karena setelah menikah hanya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga atas dasar permintaan suami.  Yang awalnya bekerja di dunia perbankan, akhirnya hanya mengurus rumah dan tidak punya penghasilan sendiri. Jadi merasa minder dan tidak ada "manfaat secara nyata” seperti para Working Moms

Mungkin masih ada juga Moms yang merasa malu menjadi seorang IRT?

Padahal kalau kita telisik lagi ilmu syariat kita, bahwa seorang wanita memanglah kewajiban utama ada di rumah, terutama saat sudah menjadi seorang Ibu. Peran kita ini sangat penting dalam mendidik dan membersamai anak-anak kita.

Jika kita sudah menyadari peran kita yang luar biasa penting ini, insya Allah tidak akan lagi merasa insecure akan peran Moms yang 24jam berada dirumah. Selain itu,  meski hanya di rumah dan berperan penuh mengurus keluarga dan segala kebutuhannya, kita pun masih bisa mengaktulisasikan diri dalam berbagai bidang jika kita mau belajar dan mampu membagi waktu dengan baik.

 

3. Merasa khawatir dan takut berlebihan

Sebagai new Moms pasti kita dirundung kecemasan dan berbagai ketakutan akan bagaimana kondisi anak kita.

Apakah anak ku sudah tercukupi ASInya? Apakah aku sudah benar saat menyiapkan MPASinya? Dan apakah-apakah yang lain yang membuat kita khawatir berlebihan. Bahkan terlalu sibuk memikirkan hal-hal belum pasti terjadi. 

Semua itu memang hal yang wajar bagi seorang Ibu, karena setiap Ibu pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Daripada terus khawatir yang tidak jelas, mending kita cari tau ilmunya agar kecemasan dan ketakutan yang menghantui bisa sirna.


4. Pernah mengalami kegagalan

Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Kegagalan dalam membina rumah tangga, mengalami keguguran, gagal melahirkan secara normal, atau gagal saat memulai usaha sambilan di rumah.

Kejadian yang kurang menyenangkan yang pernah dialami sebelumnya kadang membuat kita merasa tidak percaya diri untuk memulainya lagi. Apalagi kalau kegagalan itu sampai menyebabkan trauma. Merasa takut dan khawatir yang berlebihan membuat kita takut untuk memulai langkah baru. Jadi, segera bangkit dari kegagalan dan mampu mengambil pelajaran atau hikmah dari kejadian yang pernah kita alami.


5. Berada di lingkungan yang kurang mendukung

Lingkungan juga memiliki pengaruh besar dalam kesehatan mental kita. Berada di lingkungan yang penuh toxic akan membuat kita semakin down dan tertekan. Apalagi masih banyak para baby boomer yang dengan mudah menjudge tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Seperti yang sering kita dengar,

"kok ga lahir normal? ga mau sakit ngeden ya? atau as hamil males-malesan kurang jalan.."

"kok ga full ASI? kasian jadi anak sapi donk anaknya.."

"kok anaknya kurus? ibunya ga jago masak ya?"

dan banyak kata-kata menyakitkan lainnya. 

Walau alhamdulillah tidak mengalaminya sendiri, tapi ikut sakit juga kalau masih dengar cerita kawan yang mengalami cercaan seperti itu. 

Padahal mereka tidak tau perjuangan yang sudah diupayakan, tapi dengan mudah mengatakan kata-kata yang menghakimi seperti itu. Menjelaskannya pun dirasa percuma. Jika kita tidak bisa keluar dari lingkungan tersebut, mungkin sudah saatnya kita pasang telinga dengan mode “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan” dan cari circle yang bisa menguatkan dengan ikut berbagai komunitas sesuai dengan kebutuhan kita, yang bisa saling mendukung dan memberi semangat.

 

Sayangnya, walaupun kita sudah tau darimana asal "virus insecure" ini, kita pun masih latah merasa insecure dalam berbagai kondisi lain.

Terlebih di era digital saat ini, dimana kita harus bijak dalam bersosial media. Hindari scroll and stalking berlebihan pada tampilan gambar yang instagramable. Karena apa yg terlihat di layar gawai kita kita belum tentu seindah aslinya. Yang mana sebagian besar memang menampilkan potret bahagia dan memorable. Padahal kita tidak tau bagaimana perjuangan dan tantangan yang dilalui dari tangkapan kamera tersebut.


Yuk, sudah saatnya kita saling bergandengan tangan, saling menguatkan sebagai sesama Moms, sesama wanita, sesama makhluk ciptaanNya. Karena masing-masing kita punya kelebihan dan juga kelemahan yang nampak atau pun tak nampak. Tidak ada yang paling benar dan paling hebat dari setiap gaya parenting yang kita pilih.

Tidak perlu menjadi Ibu yang sempurna, cukuplah jadi Ibu yang bahagia dan penuh syukur kepadaNya agar insecure tidak melanda.


Iva C Wicha
Parenting Enthusiast, Happy to share #FunLearning idea for Kids on my Instagram, Email: ivacwicha@gmail.com

Related Posts

35 komentar

  1. Love your quote in the end of this article "Tidak perlu menjadi ibu sempurna, cukup jadi ibu yang bersyukur dan bahagia....."

    BalasHapus
  2. Saya dulu pernah punya perasaan insecure ini. Ternyata penyebabnya karena saya berada di lingkungan yang tidak suportif. Begitu saya keluar dari lingkungan itu, perasaan insecure itu langsung hilang.

    BalasHapus
  3. Yuuuk, sama2 saling reaminder dan bahu membahu yaa. Semua adalah pilihan tergantung sudut pandang orang menilainya gimana.
    Makin banyak yang insecure karena terlalu banyak scroll2 sosmed, jadinya kebanyakan membandingan ini itu, perang opini ajaa antar moms, hahaha lucuuu. Persis kejadian menimpa temanku. Kasian, alhamdulillah sekarang sudah membaik.

    BalasHapus
  4. Iya ita.. Aku dulu juga gitu pas awal jadi new mom, banyak banding in ke anak orang lain, apalagi liat anak orang pas awal MPASI langsung lahap makan, lah anakku makanannya dibuang2... Usut punya Usut anak yg kulihat MPASI dari usia 4 bulan wkwkwk abis tu berenti banding2in sama anak orang, fokus ke diri dan anak kita aja.

    BalasHapus
  5. Pertama dimulai memandang rendah diri sendiri, lalu membandingkannnya dengan orang lain. Yuk stop insecure, dan percaya diri dengan apa yang kita miliki dan jalani.

    BalasHapus
  6. Serem banget yah kalau nemuin lingkungan yang “jahat mulut” . Jadinya banyak yang insecure. Dampak nya juga cukup besar yah mbak. Semoga kita dijauhkan dari lingkungan yang semacam itu.

    BalasHapus
  7. Rasa insecure yang berlebihan biasanya karena pola asuh yang salah

    Jika sejak awal dibiasakan untuk mandiri, percaya diri atas setiap keputusan, maka dia nggak peduli omongan negatif

    BalasHapus
  8. Perasaan insecure harus segera diatasi karena akan banyak berdampak pada lingkungan sekitar seperti suami dan anak-anak, perlunya merasa bahagia dan percaya diri itu untuk membuat kita merasa nyaman dimana saja terutama di lingkungan keluarga.

    BalasHapus
  9. kita semua memang pernah mengalami insecure ya mba, gak enak banget asli deh rasanya, tapi memang harus dihadapi sih itu, dengan fokus berkarya, jadi membuat kita jadi lebih pede dan menghargai diri sendiri

    BalasHapus
  10. Ada di satu titik kita mengalami insecure ya Mbak Iva. Terutama jika semisal sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Walau hidup sebenarnya kaya roller coaster, dan kita juga tahu tentang itu. Tapi ada waktunya dimana kita merasa tidak nyaman dan jika terus dipupuk rasa insecure akan terus berkembang.

    BalasHapus
  11. saya juga kadang merasa insecure mbak, kadang suka mikirin hal-hal negatif seperti ngerasa ngebandingin dengan teman-teman saya yang jauh lebih hebat daripada saya. Tetapi saya tetap untuk berusaha menjauhi perasaan negatif dan berusaha untuk berpikiran positif seperti fokus terhadap diri sendiri

    BalasHapus
  12. Sepanjang baca, aku manggut-manggut setuju dengan tulisan ini. Memang bener banget hal-hal itu yang bikin insecure. Quote terakhirnya ngena banget, mba 😍

    BalasHapus
  13. Aq banget tiap ngeliat orang lain. Selalu merasa paling useless dan gak pernah puas sama diri sendiri

    BalasHapus
  14. Kalo zaman sekarang insecure sumbernya bisa banget dari dunia sosmed ya Mbak. Makanya kita harus lebih pilah pilih follow hehe

    BalasHapus
  15. Tulisan yang bagus nih, mbak.. aku kadang masih tergoda membandingkan diri dengan orang lain kalau lihat media sosial orang huhuh

    BalasHapus
  16. Cakep banget mba ini, suka aku. Supaya ga insecure, sekarang ini lebih banyak ga liat sosmed aku. Jadi sekarang lebih banyak kerja dan ibadah aja.

    BalasHapus
  17. Yup terlalu banyak melihat sehingga banyak membandingkan akhirnya kita terancam. aku pribadi berusaha utk lebih dekatkan diri dengan yg kuasa. perbanyak beraktivitas dengan anak. mempersibuk diri dengan kegiatan positif

    BalasHapus

  18. Membandingkan diri dengan orang lain itu sangat sukses merusak upsss
    Membuat teman sekitar jg males liat kita, dikit2 bandingin, dikit2 bandingin....


    Keren Mba. Jazakillah dah berbagi

    BalasHapus
  19. saya paling sering merasa insecure kalau lihat igs ibu-ibu yang rajin banget ngajak main anaknya sementara saya kadang masih suka emosi menghadapi anak-anak

    BalasHapus
  20. sungguh meaningful mba.. jujur kadang kalau lagi drop, perasaan insecure ini muncul. Melihat sosial media, membandingkan kehidupan kita dengan postingan orang lain, sehingga jadi lupa bersyukur. Saya lagi membatasi kebutuhan sosial media seperti ig, lebih enak baca blog yang menambah pengembangan diri, bisa berbagi dan mendapatkan insight baru. terimakasih mba

    BalasHapus
  21. Poin no 3 saya lalaui sendiri, alhamdulillah skg sudah lebih mawas diri dan lebih tenang menghadapi segala hal. Thanks for sharing mba 😊

    BalasHapus
  22. Mengalami point 2,. banyak yang salah tapi Alhamdulillah suami mendukung apapun yang menjadi pilihan. Mulai memupuk rasa percaya diri dan yakin atas pilihan yang sdh diambil.

    BalasHapus
  23. Kadang insecure datang waktu liat update di sosmed seseorang, jadi aku pilih follow orang-orang yang memang membawa dampak positif aja ke aku mba. Bukan malah bikin insecure

    BalasHapus
  24. Bener-bener banget mba. Banyak ya penyebab insecure. Aku rasa setiap orang pernah ngalamin. Sebisa mungkin kita tidak mengulangi kesalahan yang sama ( melakukan beberapa poin di atas penyebab insecure )

    BalasHapus
  25. Ah bener ini. Saya juga sering merasa inscure kek gini.

    BalasHapus
  26. betul banget nih mom ulasannya. paling enak adalah tutup telinga dengan kedua telapak tangan, karena kita tidak bisa menutup mulut atau telinga semua orang, stay chill and happy :)

    BalasHapus
  27. Yuk para ibu di bumi saling mensupport satu sama lain biar kita bisa bahagia bareng karena bisa saling menguatkan itu membahagiakan lho

    BalasHapus
  28. Jadi ibget banget sama adikku yang suka insecure sendiri. Padahal dia pantes kalo mau percaya diri juga
    Akhirnya ya jalan di tempat. Ngga berani ambil risiko

    BalasHapus
  29. Alhamdulillah, aku udah nggak terlalu insecure sih sekarang, mungkin memang karena ada di kondisi dan situasi yang tepat ya, dan banyak yg mendukung juga, jadi bawaannya bersyukur aja gitu 🤭

    BalasHapus
  30. Aku merasa disuntik rasa syukur olehmu mom. Thank you udah saling support. Setiap orang pasti pernah merasa insecure. Tapi bener, balik lagi. Kita tidak boleh lupa bahagia dan bersyukur atas apa yang sudah kita miliki.

    BalasHapus
  31. yang paling kerasa insecure itu sih karena prestasi orang lain bikin ngiler sementara kita di sini aja, hahahaha. gak boleh gitu ya, karena perjalanan tiap orang beda

    BalasHapus
  32. Membanding-bandingkan diri ini yang sering membuat kita insecure. "Kok aku ga bisa kayak dia ya?", "kok aku begini ya, begitu ya".
    Jadi lebih baik kurangi scroll sosmed dan unfollow akun-akun yang bikin mental ga sehat

    BalasHapus
  33. Saya insecure dengan orang yang berilmu dan tawadhu, orang yang berharta tapi dermawan dan infak di jalan Allah. Apapun definisinya, semua manusia di mata Allah sama, kecuali takwanya. Nice sharing. Jadi pengingat diri saya.

    BalasHapus
  34. Suka membanding-bandingkan ini tuh benar-benar efeknya sangat destruktif loh ke diri kita. Walau terkadang sepertinya sudah saya otomatis ya membanding-bandingkan itu. Tapi kalau kita sadar maka frekuensi diri untuk membandingkan itu bakal akan menurun dengan sendirinya ke depannya.

    BalasHapus
  35. bener kak, dukungan dari orang terdekat itu paling penting :')

    BalasHapus

Posting Komentar