ivacwicha-header

Kenali Drama Threenager dan Cara Menghadapinya

Konten [Tampil]

“Umma, kok ga senyum? Kenapa? Senyum donk…”
Begitulah kata yang sering terlontar oleh Azka saat melihat ku serius membaca layar gawaiku. Sambil tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Azka yang kini telah melewati 3 tahun fase pertumbuhannya pun mampu membuat ku tersenyum lebar di bibir dan juga di hati.

Bagaimana tidak? Bayi yang dulu ku timang-timang saat menangis, kini sudah bisa mengajari ku untuk selalu tersenyum. Saat Azka 2,5 tahun memang sudah ku kenalkan berbagai macam ekspresi wajah dan juga mengenalkan berbagai emosi.

Tapi siapa yang menyangka akan mendapat “reminder” seperti ini dari anak sendiri. Memasuki usia 3 tahun, ada kelegaan dan juga persiapan mental yang lebih untuk mengadapai fase baru dalam kehidupannya. Setelah melewati masa terrible two dan lulus dari predikat toddler, akan ada tantangan baru di tahun pertamanya menjadi balita, yang juga dikenal dengan threenager.

Iya betul threenager, bukan teenager anak remaja yaa. Pengambilan istilah yang mirip ini disebabkan anak di usia 3 tahun seringkali bersikap layaknya anak remaja 13 tahun.

Biasanya saat masa puber anak remaja itu suka mencari perhatian, mudah labil atau moody, dan bersikeras dengan pemikirannya sendiri. Mereka merasa sudah bukan anak-anak lagi, dan berpikiran bisa bebas menentukan pilihannya sendiri. 

Begitu pula dengan anak 3 tahun, yang dalam masa peralihan dari batita menjadi balita. Saat toddler beralih ke masa kids, mereka seringkali menjadi lebih "sulit dikendalikan". Apalagi jika sebelumnya mereka belum dilatih untuk mengenal dan mengontrol emosinya. 

Jadi, kita perlu persiapan lebih dalam mengelola hati dan ekstra stock sabar kita agar anak bisa terpenuhi kebutuhan emosional dan juga tumbuh kembang lainnya.

Untuk itu yuks kenali beberapa drama threenager yang sering muncul ketika anak memasuki usia tiga tahun.

1. Keras Kepala

Pada fase sebelumnya, anak sudah menjadi anak yang terlampau mandiri, apa-apa mau melakukan sendiri walau belum mumpuni. Di fase sebelumnya kita masih bisa berkesempatan membantunya, tapi tidak dengan threenager, dia akan menolak keras bantuan kita. Saat kita beri tau, anak akan kekeuh dengan apa yang ia yakini, kalau orang Jawa bilang “ngeyelan” :D
Dalam kesempatan lain, anak juga suka “ngeyel” saat diberitau oleh kita. Dalam beberapa teori, hindari berkata “jangan” kepada anak, karena anak akan merasa tertantang dan justru melakukannya. Bagi anak, larangan ibarat perintah dan perintah adalah larangan >.<
Jadi, daripada melarang dengan berkata "jangan" lebih baik kita jelaskan langsung tujuan atau alasan kenapa kita melarang mereka. 
Sebagai contoh nih, anak sangat suka meniru aktivitas yang kita lakukan. Saat menyetrika sambil menemaninya bermain, anak langsung tertarik dengan setrikaan yang kita gunakan. Pastinya kita tidak ijinkan donk, karena panas dan bisa melukai mereka. 
Apa nih refleks kita saat anak bersikeras ingin memakai setrika juga?
"Jangan ya ini panas berbahaya, main saja yg lain"
Kurang lebih demikian ya, kata yang terlontar pertama kali. Kemungkunan anak akan semakin memaksa untuk dapat setrikaan kita. Apakah kita akan langsung cabut kabel dan memberikan ke anak saat dingin?
Hmmm..jangan ya Moms, coba kita jelaskan secara detail ke anak bila perlu beri buktinya.
"Ini setrikanya panas lho, kalau kena kulit bisa melepuh sakit, coba nih Azka rasain" sambil kita berikan baju yang baru saja disetrika agar anak bisa merasakan panasnya. 
"Panas kan, ini baru baju yang disetrika lho, gimana kalau kena setrikanya langsung? Azka lanjut main dulu ya sambil nemenin Umma..."
Dengan begitu anak akan berpikir ulang, walaupun terkadang masih tetap ingin mencoba melakukannya. Jika demikian, kita pun bisa berikan alternatif untuknya dengan memberikan beberapa bajunya yang akan disetrika dan memberikan mainan yang serupa setrikaan. Kalau saya, biasanya saya beri mouse dan memasang kabelnya sedemikian rupa agar anak merasa melakukan hal yang sama dengan yang kita kerjakan.

2. Lebih Ekspresif

Kelanjutan dari sikap anak di atas, anak jadi lebih ekspresif atas apa yang dirasakannya. Bahkan terkadang hanya akting semata untuk mendapat perhatian kita.
Dari 31bulan, Azka sangat suka berakting jadi mudah menangis akan hal sepele tapi dalam sekejap bisa langsung tertawa karena diingatkan hal yang lucu. Setelah 3 tahun, aktingnya pun semakin piawai saat menolak sesuatu atau saat menunjukan ketidaksetujuannya atas apa yang kita berikan.
Belum lagi saat asyik bermain sendiri, Azka berlagak menjadi aku yang sedang menasehatinya tentang sesuatu hal. Jadi tau "ooh.. selama ini aku kalau ngasih tau Azka seperti ini toh" jadi dapat pengingat untuk lebih hati-hati lagi saat berbicara dengannya.
 

3. Menjadi lebih pemilih

Hal ini akan terasa terutama saat waktu makan, Azka suka melihat menu di meja makan yang telah ku siapkan. Kalau menu yang dia suka, dia akan excited dan buru-buru ingin makan. Tapi saat yang disajikan menu baru atau menu yang tidak terlalu suka, dia akan menolak dengan keras. 
Alhamdulillah Azka termasuk anak yang suka sekali makan sayur namun lama kalau makan nasi. Jadi PRnya harus lebih mensiasati saat mengenalkan menu baru, kita harus ajak anak ikut proses memasak sambil menjelaskan manfaat nutrisinya. Saat anak ikut serta dan tau bahan-bahan masakan yang dibuat, saat makan anak lebih tertarik dan dapat dijadikan pembahasan yang seru saat makan.
Di lain hal, anak juga sangat pemilih dalam berpakaian. Saat 2 tahun, kita sudah bisa melatih anak untuk mengambil dan berganti pakaiannya sendiri. Ketika sudah 3 tahun, anak akan senang jika bajunya basah entah karena cuci tangan atau minuman yang tumpah. Kenapa? ini menjadi kesempatan untuknya berganti "kostum" dan bereksplorasi menyerasikan antara baju dan celana yang akan dia pakai. Untungnya semakin bertambahnya usia, anak sudah bisa mencari pakaian yang sesuai antara warna dan gambarnya.
 

4. Menjadi lebih membingungkan

Saat terrible two, kita sudah makan garam bagaimana seringnya terjadi penolakan dari anak. Maka dari itu, pemberian alternatif pilihan menjadi cara jitu agar anak setuju dengan apa yang kita minta. Tapi, saat akan memasuki 3 tahun, anak akan lebih pintar berargumen dengan tawaran-tawaran kita. Saat anak ditawari 2 pilihan, dia akan menolak dua-duanya. Saat kita berikan alternatif lain, maka akan tetap ditolaknya, hingga akhirnya bujuk rayu kita kerahkan seluruhnya dengan hasil akhir kembali kepada pilihan awal kita.
 

5. Punya inisiatif yang tinggi dan out of the box

Saat bermain anak akan punya ide-ide yang luar biasa untuk dimainkan. Untungnya Azka sudah terbiasa bermain terkonsep sejak 1 tahun, jadi setiap hari sudah menagih untuk dibuatkan DIY sebagai fun learning-nya. Walaupun saat bermain, terkadang membuat imajinasinya sendiri sehingga apa yg dimainkan berbeda dengan konsep yang telah disiapkan.
Tentunya kita biarkan saja anak mengeksplorasi mainannya sesuai dengan imajinasi dulu sembari kita observasi apa yang sedang diminatinya saat itu. Jika anak sudah puas dengan cara bermainnya, kita  bisa simpan dan tawarkan lagi di lain waktu yang sesuai dengan ketertarikannya saat itu.
 

6. Mulai tertarik bersosialisasi dengan lingkungan 

Biasanya sejak 2,5 tahun anak sudah mulai tertarik bermain di luar rumah saat melihat teman-teman sebayanya sedang bermain bersama di luar. Tetapi tidak dengan Azka yang memang sangat sulit berbaur dengan orang yang baru dikenalnya. Ditambah lagi kondisi pandemi sehingga semakin sedikit kesempatan untuk bisa bersosialisasi secara langsung 
Entah efek sedari lahir selalu berduaan denganku saja atau memang karena dia introvert seperti kami orang tuanya. Berbagai cara sudah kami coba agar Azka tertarik bermain di luar bersama anak-anak tetangga. Kalau pun mau, masih tetap minta didampingi dan cukup melihat atau asyik menciptakan mainannya sendiri. 
Padahal jika bertemu saudara yang jarang bertemu pun Azka sangat cepat berbaur dan enjoy sekali bercerita banyak hal. Kalaupun Kami pun tidak memaksakan, tapi tetap terus melatihnya dengan mempersilakan teman-temannya bermain bersama di dalam rumah. Walau rumah jadi lebih berantakan, tapi alhamdulillah berhasil membuat Azka mau keluar rumah sendiri, ya walaupun mainnya masih dengan caranya sendiri. >.<
Intinya, setiap anak punya caranya masing-masing dalam bereksplorasi. Tugas kita sebagai orang tua untuk memfasilitasi dan peka terhadap sensitive period anak, sehingga bisa mengarahkan anak secara lebih tepat lagi.
Dengan adanya persiapan dan pertimbangan daftar dari STPPA (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak), kita sebagai orang tua bisa membantu anak untuk bisa mencapai tumbuh kembang yang optimal. Karena anak butuh distimulasi sesuai dengan tingkat kemampuannya.




PS: Mohon maaf tulisan ini lebih ke catatan milestone Azka yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan saat menghadapi masa transisi anak dari batita ke balita.
 
 
 

Iva C Wicha
Parenting Enthusiast, Happy to share #FunLearning idea for Kids on my Instagram, Email: ivacwicha@gmail.com

Related Posts

17 komentar

  1. Waduh anak saya masih 7 tahun tapi sudah memiliki beberapa tanda ini. Gimana kalau sudah teen 😥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba ory coba dicermati lagi. Ini kan tanda2 anak 3tahun ya, jdi anak mba idah lewat masa2 ini harusnya..

      Hapus
  2. Lengkap banget mom, kafa baru mau otw threenager nih, jadi belajar akuuu dari milestonenya azka...

    BalasHapus
  3. baru tau aku tuh ada istilah threenager, hihi..

    anak-anak memang penuh kejutan di segala umurnya ya mbak. semoga stock sabar kita akan selalu ada, semakin banyak, hihi..

    BalasHapus
  4. Makasih mba infonya, aku baru tau ada istilah ini. Anakku baru 5 bulan tapi rasanya waktu cepat berlalu, entar tiba-tiba udah ngalami fase threenager ini.

    BalasHapus
  5. 6 bulan lagi anakku berusia 3 tahun nih mba. Super excited sama agak takut juga sih sebenernya, haha.. Takutnya lebih kepada, apakah aku akan memiliki stok sabar yang banyak.. :D

    BalasHapus
  6. Belom punya anak sih tapi aku suka seneng banget kalo nemu mnemu materi-materi parenting gitu. Thank u. Hehe

    BalasHapus
  7. Aku pikir drama korea waktu baca judulnya mba. Punya anak tuh nggak segampang dibayangkan ya mba, selalu ada drama gitu. Semoga bisa terus membersamai anak di setiap fasenya ya mba :)

    BalasHapus

  8. Masya Allah, kata2 Azka diawal itu jadi membakar semangat ya😃
    Sehat2 ya Azka... Salam kenal ☺

    BalasHapus
  9. baca judulnya aku kira tuh drama korea, pas baca ternyata bukan hehehe, anakku masih jauh di usia itu, tapi segaknya baca gini jadi ada persiapan

    BalasHapus
  10. Ini yang daku perhatikan juga ada di Ponakan daku, dia baru masuk 2 tahun sih, cuma udah mulai kelihatan di yang nomor 4 sampai 6

    BalasHapus
  11. Samaan banget... Ini berlaku di anakku sampai sekarang dan keterusan di point sudah bisa menentukan pilihan menu makanan, cuma mau yang itu itu aja kadang bosen sendiri kok Masak itu lagi itu lagi ya udah dari pada doi kagak mau makan, Mendingan emak yang bosen gpp lah

    BalasHapus
  12. Aku baru tau istilah threenager nih. Makasi banyak kak, aku jadi dpt pelajaran baru nih untuk hadapi anakku nanti klo udh usia 3 thnan hehe lucu dan challenging bgt

    BalasHapus
  13. Aku suka baca-baca tulisan tentang parenting gini mba. Walaupun belum married, ilmunya aku pake saat main bareng ponakan 😁

    BalasHapus
  14. Lumayan bikin deg-degan ya kak, apalagi kalo belum ada pengalaman sebagai parents. Untung banget sering baca blog tentang parenting jadi sedikit-sedikit terbantu tentang parenting.

    BalasHapus
  15. Bener banget nih Mba, aku lagi mengalami banget nih punya anak yang masuk masa teenager. Suka sulit ditebak hehehe.

    BalasHapus
  16. Belum siap menghadapinya hahahaha anakku yg ke-2 baru banhet melewati fase terrible two. Memag fase perkembangan anak itu chalenging bgt ya. Semoga buibu sabar :) wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar