ivacwicha-header

Sosial Distancing, apakah hanya slogan saja?

Konten [Tampil]
Assalamualaikum sahabat,

Marhaban ya Ramadhan,

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan ya semua..Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan puasa danibadah lainnya di bulan ini. Aamiin

Ramadhan tahun ini sungguh tak pernah dibayangkan, tidak seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Menjalani ibadah puasa ditengah pandemi, tidak bisa shalat berjamaah di masjid, tidak ada acara buka bersama di luar, dan yang menyedihkan tidak bisa mudik untuk berkumpul dengan keluarga tercinta.

Yups, masih menyoal masalah COVID-19 yang belum juga sirna dari Indonesia. Sudah hampir 2 bulan sejak diberitakan 2 warga Depok positif virus tersebut, hingga kini (Jumat, 24 April 2020) sudah menembus angka 8.211 kasus positif yang tersebar di Indonesia. Belum lagi jumlah PDP dan ODP yang tidak kalah dengan jumlah korban positif. Untuk jumlah lengkap dan data perkembangan kasus ini bisa cek langsung ke sini yaa..

Kota Jakarta yang menjadi asal mula datangnya virus corona ini pun masih menjadi kota dengan jumlah terbanyak kasus positif, tepatnya 3.605 kasus. Padahal dari pemerintah daerah sudah mencanangkan berbagai program dan himbauan untuk masyarakat, tapi belum bisa juga menekan jumlah penyebaran virus corona ini. Sejak awal Maret sudah diberlakukan sosial distancing (jaga jarak), belajar dari rumah, dan work from home (bekerja dari rumah). Selain itu, pada awal April pemerintah Jakarta sudah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akhirnya diperpanjang hingga 7 Mei 2020.




Bagi sebagian orang (termasuk saya) sudah benar-benar aware dengan melakukan Sosial Distancing atau kini lebih ke Physical Distancing, dengan berbagai cara, mulai dari
  • Tetap #dirumahAja jika tidak ada keperluan penting dan mendesak (sekolah, bekerja, dan ibadah dari rumah)
  • Tidak menerima tamu baik keluarga ataupun kerabat dan teman
  • Tidak berinteraksi secara langsung dengan orang lain, seperti tetangga, warga sekitar, dan petugas paket pengiriman
  • Jika ada barang atau paket datang, petugas paket diminta untuk menaruh di depan pintu rumah saja. Setelah petugas pergi semprot paket dengan disinfektan dan diamkan dahulu beberapa jam
  • Pembelian barang dialihkan melalui e-commerce atau media daring lainnya 
  • Mengurangi intensitas belanja bahan masakan yang awalnya harian menjadi seminggu sekali (baca tips n trick nya:Food Preparation agar Bahan Masakan Lebih Tahan Lama)
  • Jika terpaksa keluar rumah karena tuntutan pekerjaan atau ada kepentingan seperti membeli bahan makanan, maka wajib menggunakan masker, membawa hand sanitizer atau tisue basah, jika menemukan tempat cuci tangan sebisa mungkin langsung cuci tangan
  • Menggunakan transportasi umum adalah solusi terakhir saat harus WFO (work from office)

Namun, pada kenyataannya Jakarta masih macet saja. Pasar dan pusat pembelanjaan pun tak sepi pengunjung. Hal ini membuat saya heran, apakah ada yang salah dengan peraturan pemerintah atau memang masyarakat yang belum bisa menerapkannya?

Minggu lalu, setelah 2bulan tidak berbelanja bulanan ke sepermarket,  akhirnya saya pun memberanikan diri keluar rumah untuk membeli berbagai kebutuhan menjelang Ramadhan. Saya pergi ke salah satu swalayan yang sudah biasa saya kunjungi setiap bulannya. Kaget rasanya begitu masuk area parkir banyak orang yang mengantri di luar pintu masuk swalayan. Perasaan saya pun langsung tidak enak menduga-duga ada prosedur apa untuk belanja disini saat PSBB. Akhirnya saya pun masuk dan mencari tau apa yang terjadi. Swalayan ini sungguh membuat saya kagum, Tip Top namanya. Demi menerapkan program pemerintah saat PSBB, swalayan ini membatasi jumlah pengunjung yang masuk untuk berbelanja. Informasi dari Customer Service, pengunjung yang masuk akan dibatasi per 5 orang dan dipanggil sesuai nomer antrian yang sudah diberikan saat datang. 

Saya yang datang jam 11 siang mendapat nomer antrian 403 dan pengunjung yang masuk terakhir masih nomer 246. 😆

Lebih parah dari antrian bank ya..(dokpri)

Disana juga sudah disediakan kursi tunggu yang diletakkan berjauhan untuk menerapkan jaga jarak antar pengunjung. Tapi, karena terlalu banyaknya pengunjung yang rela antri, penerapan Physical Distancing pun tidak berlaku lagi disana. Dan seperti inilah yang terjadi

Situasi antrian pengunjung Tip Top (dokpri)
Akhirnya, setelah melihat kondisi dan memikirkan si toddler yang dirumah sama bapaknya aja, saya pun mengurungkan niat untuk berbelanja. Padahal saya begitu suka dan nyaman berbelanja di Tip Top, selain harganya yang lebih murah dan lengkap, Tip Top swalayan ini berkonsep islami, dimana semua karyawan perempuan menggunakan hijab dan disediakan masjid yang bersih dan nyaman. Jika di swalayan atau sepermarket lain diputarkan musik masa kini, di Tip Top diperdengarkan murotal tiada henti, jadi sambil berbelanja kita bisa mendapat pahala dari apa yang kita dengar disana.

Kembali ke masalah Physical Distancing, dari kasus di atas, jadi tersadar. Bukanlah peraturan pemerintah lah yang salah atau kurangnya himbauan secara luas, tapi masalahnya adalah pada kesadaran masyarakat akan bahayanya si virus corona ini. Rasa-rasanya masyarakat masih kurang serius dalam menjaga dirinya sendiri dan keluarga mereka masing-masing. Apakah karena virus corona ini tidak terlihat jadi mereka tidak merasa takut atau mawas diri?
Padahal sudah begitu banyak korban meninggal akan virus ini dan jumlah kasus positif pun terus semakin bertambah dengan jumlah yang sangat signifikan. 

Mari kita berdoa sejenak agar masyarakat Indonesia mau lebih aware menghadapi pandemi ini, dengan benar-benar melakukan Physical Distancing secara nyata semoga penyebaran virus ini bisa segera hilang, tentunya dengan seijin Allah Subhanahu wa ta'ala..
آمِÙŠْÙ† ÙŠَا رَبَّ العَالَÙ…ِÙŠْÙ†َ





#COVID-19 #physicaldistancing #sosialdistancing #dirumahAja #BPNRamadan2020 #30dayblogchallenge #bloggerperempuan
Iva C Wicha
Parenting Enthusiast, Happy to share #FunLearning idea for Kids on my Instagram, Email: ivacwicha@gmail.com

Related Posts

16 komentar

  1. Ga bisa berkomentar banyak jika bicara soal sosial distancing, hanya saja setumpuk doa untuk Indonesia cepat bebas corona.aamiin

    BalasHapus
  2. Bener bgt mba, Ramadhan kali ini berbeda, tapi semangat beribadah jangan sampai kendor hihihi, wah saya di Surabaya juga ada swalayan yg Islami, namanya Sakinah

    BalasHapus
  3. Sama mba..masih banyak orang2 minim kesadaran. Kita doakan smoga wabah ini segera berlalu..aamiin🤲😇.

    BalasHapus
  4. Sama mba..masih banyak orang2 minim kesadaran. Kita doakan smoga wabah ini segera berlalu..aamiin🤲😇.

    BalasHapus
  5. Dulu masih sering gemes sama orang yg ga mau patuh dan terkesan menyepelekan masalah ini Mba. Tapi sekarang kayak yang yaudahlah ya. Kalo ga mau patuh, resiko tanggung sendiri

    BalasHapus
  6. Waalaikumsalam mba 😊

    Susah memang ya kalau bicara kesadaran begini,apalagi kalau sudah berhubungan dengan perut kan ga bisa kontrol lagi.

    BalasHapus
  7. Bismillah semoga badai wabah ini segera berlalu.. tampaknya kita memang harus belajar hidup dengan vidrus ini..

    BalasHapus
  8. aku pernah baca salah satu tulisan di twitter, pada akhirnya rasa bosan akan mengalahkan rasa takut. mungkin ini yang lagi dialami banyak orang, rasa bosan nya lebih besar dari rasa takut. emang ngatur manusia gak pernah jadi perkara yang mudah hihi. tapi aku salut ih sama supermarket nya, di deket rumah ku masih ngantri deket deketan di kasir :((((

    BalasHapus
  9. betul banget mba, ternyata masih banyak orang-orang yang belum aware sama virus ini

    BalasHapus
  10. Semoga badai ini segera berlalu. Aamiin...

    BalasHapus
  11. Awal2 Maret Saya selalu berbusa-busa ke pasien mengingatkan pakai masker, kalo ga perlu ga usah berobat, untuk konsultasi melalui online saja. Tapi y tetap aja pasien rame. Akhirnya kami membuat peringatan, yang tidak menggunakan Masker dilarang masuk, Kursi tunggu diberi jarak, kami petugas tidak Hanya menggunakan Masker tapi juga face shield, handschoon Dan APD lainnya. Pasien mulai ngerti bahwa jni masalah serius, angka kunjungan berkurang. Saya kadang speechless, Masa harus orang terdekat dulu yng kena Batu sadar

    BalasHapus
  12. Betul Mba, saya yang sudah berminggu-minggu di rumah, ketika kemudian terpaksa pergi keluar pun sempat kaget. Karena ternyata keadaan di luar seperti normal, masih banyak orang, walau memang terlihat sudah jauh berkurang kepadatannya.
    Kondisi ini memang berat bagi semua pihak. Namun mudah-mudahan semua usaha yang sudah dilakukan membawa hasil yang baik.

    BalasHapus
  13. speechless mba untuk sikon sekarang
    kadang ingin teriak, kadang ingin menangis
    cuma bisa berdo'a, semoga segera berakhir dengan sebaik-baiknya pengakhiran....aamiin
    selalu dalam hati...Allah Maha Baik...Allah mAha Baik
    astaghfirullah

    BalasHapus
  14. Sama juga mba di daerah saya superindo , memberlakukan aturan dalam berbelanja selama COVID-19 ini, jadi yang belanja hanya boleh 1 orang ,yang menganta mau ga mau menunggu di tempat yg sudah di sediakan, dan juga di batasi masuknya buat berbelanja ada batas Max.nya

    BalasHapus
  15. samaan mba suka belanja di tip top, tapi sejak wabah sudah nggak lagi..🥺

    BalasHapus
  16. Tadi sempet k pasar minggu, belanjanya drive thru pake motor tapi hehe

    BalasHapus

Posting Komentar