ivacwicha-header

7 Cara Mengatasi Anak Trauma Makan, Ketahui Dulu Penyebabnya

4 komentar
Konten [Tampil]

Anak Ibu selalu menolak saat waktunya makan? Mungkinkah penyebabnya karena trauma? Yuks kenali ciri-ciri sekaligus cara mengatasi anak trauma makan yang mungkin saja pernah dialami anak sewaktu masa MPASI-nya dulu.

Masa pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) memanglah menjadi waktu yang paling menguji kesabaran seorang Ibu. Anak yang masih belajar mengenal tekstur baru, peralihan dari susu yang cair ke makanan semi padat.

Belum lagi saat anak GTM karena tumbuh gigi, dimana anak seringkali menolak makanan yang Ibu siapkan. Jika Ibu masih saja berekspetasi tinggi saat memberikan makan ke anak. Ditambah faktor lain yang memicu emosi Ibu, reaksi dan tindakan Ibu ke anak saat mendampinginya makan bisa menyebabkan anak trauma.

Lantas apa saja penyebab anak mengalami trauma makan?
Anak susah makan

Penyebab Anak Trauma Makan  

Trauma bisa terjadi saat seseorang mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik atau pun kekerasan verbal. Pun pada kasus anak trauma makan. Yuks coba tilik satu persatu, penyebab anak trauma makan berikut.

Pendampingan makan yang tidak tepat

Berbagai drama dan penolakan yang dilakukan anak saat makan, sungguh menguji kesabaran. Seperti tidak mau membuka mulut, melepeh, atau mengacak-acak makanan yang Ibu berikan.

Tak sedikit Ibu yang meluapkan emosinya saat mendampingi anak makan dalam kondisi tersebut. Memarahi, membentak, memaksa, atau bahkan mengancam anak dalam proses makan secara terus-menerus. Justru bisa membuat anak merasa ketakutan dan tidak menikmati proses makan itu sendiri.

Hukuman karena makan tidak habis

Selain kekerasan verbal di atas, ada juga kekerasan fisik yang (sengaja atau tidak sengaja) dilakukan ke anak sebagai bentuk hukuman karena anak tidak menghabiskan makanannya. Sehingga anak bisa merasa benci makan karena hal tersebut yang membuatnya harus dihukum.

Menu makanan dan alat makan yang digunakan

Selain faktor internal dari pendamping anak saat makan. Ada juga faktor lain yang juga bisa membuat anak trauma makan. Yaitu dari segi makanan itu sendiri dan juga alat yang digunakan saat makan. Anak masih mengenal berbagai rasa, terkadang menjadi terkejut saat mendapati rasa yang masih asing baginya.

Sehingga anak menjadi khawatir untuk mencoba atau menerima makanan di kesempatan berikutnya. Selain itu, kondisi makanan yang masih panas juga bisa membuat anak trauma. Apalagi jika makanan panas tersebut sampai membuat bibir atau lidah anak sakit seperti sariawan.

Kasus lain juga bisa terjadi saat anak dalam masa belajar makan sendiri. Tak jarang anak yang memasukkan sendok terlalu dalam hingga mengenai langit-langit mulutnya dan membuatnya kesakitan serta menolak saat Ibu menyodorkan sendok ke depan mulutnya.
 
Penyebab anam trauma makan
Meski demikian, faktor ini biasanya tidak menimbulkan trauma yang berkepanjangan sebagaimana anak yang trauma makan karena mendapat kekerasan secara intens dan terus menerus. Coba yuks renungkan sejenak Ibu, 
Berapa kali kondisi-kondisi di atas pernah dialami si Kecil saat proses makannya? 
Jika dialami terlalu sering, tak heran jika anak merasa trauma dan menolak waktu makan. Bahkan ada beberapa anak yang sampai ketakutan dan menangis saat disodori sepiring makanan.

Cara Mengatasi Anak Trauma Makan

Jika anak sudah menunjukkan ciri-ciri trauma seperti diatas, mungkin sudah waktunya Ibu segera berbenah dan memperbaiki diri dalam pendampingan waktu makan anak. Berikut beberapa cara mengatasi anak trauma makan yang bisa Ibu lakukan secara konsisten.

Menyadari kesalahan dan meminta maaf ke anak

Menyesali memang tidak bisa memperbaiki keadaan. Namun dengan merasa menyesal itu artinya Ibu sudah menyadari kesalahan Ibu. Hal tersebut tentu menjadi awal yang baik dan harus segera ditindak lanjuti, bukan justru berlarut-larut dalam kesedihan dengan keadaan traumatis anak.

Tak perlu malu atau gengsi untuk meminta maaf ke anak. Lakukan dalam kondisi yang nyaman, baik untuk Ibu maupun anak. Sambil peluk dan cium anak dengan penuh kasih sayang dan cinta.

Bangun kedekatan atau bonding dengan anak

Jika anak trauma makan karena perlakuan tidak menyenangkan yang Ibu lakukan. Perbanyaklah melakukan quality time bersama anak dengan kegiatan yang menyenangkan, seperti fun learning atau eksperimen sains bersama.

Selain bisa memperkuat bonding, memberikan lebih banyak waktu berkualitas bersama anak, bisa menumpuk ingatan buruk anak atas kesalahan-kesalahan yang Ibu lakukan selama mendampingi anak makan sebelumnya.

Buat suasana makan yang menyenangkan

Tak hanya saat quality time dan menemani anak bermain saja. Buatlah waktu makan anak juga menjadi menyenangkan. Dampingi anak saat makan dengan penuh kesadaran. Sadari bahwa anak masih dalam tahap belajar saat makan.

Mendampingi anak makan, tak melulu dengan duduk disebelahnya untuk mengawasinya makan. Ibu juga bisa sekaligus makan disampingnya sembari mengobrol santai dengan anak. Saat anak makan merupakan salah satu waktu yang tepat untuk menasihati anak sesuai dengan ajaran Rasulullah dalam mendidik anak.

Minta anak untuk memilih menu makan dan terlibat dalam prosesnya

Berdasarkan pengalaman, cara ini sangat berpengaruh dalam membuat anak menjadi semangat makan. Biasanya di malam hari, saya menawarkan dua menu ke anak dan memintanya untuk memilih untuk menjadi menu masakan esok hari.

Pun saat proses memasak, biasanya anak suka penasaran dan tertarik untuk ikut serta memasak. Beri anak kesempatan untuk membantu. Meski kebanyakan memang menjadi lebih repot, tapi cara ini bisa menumbuhkan semangat anak, sekaligus untuk melatih life skills sebagai bekal kehidupannya kelak.

Apresiasi anak saat makan dengan lahap hingga habis

Saat anak makan dengan lahap, apalagi makan sampai habis dalam waktu yang tidak lama. Berikan apresiasi ke anak sesuai dengan love language anak agar lebih tepat dan mengena di hati anak.

Jangan hanya saat anak melakukan kesalahan saja kita banjiri dengan reaksi yang berlebihan. Justru saat anak berhasil melakukan sesuatu, termasuk saat makan. Ibu pun harusnya lebih antusias dalam menunjukkan kesukacitaan Ibu. Bukan justru menyindirnya dengan kata-kata seperti,
Naaah, begitu bisa kan makan cepat, masa Ibu harus masak itu terus biar kamu habisin makanan.
Cara mengatasi anak trauma makan
Sebagai tambahan, untuk membangun kebiasaan yang baik untuk anak dalam proses makan. Ibu juga perlu memperhatikan hal lain yang tak kalah menentukan proses makan anak.

Hindari distraksi dalam proses makan anak

Dalam cara mengatasi anak trauma makan di atas, disebutkan bahwa Ibu perlu menciptakan suasana yang menyenangkan saat makan. Namun perlu diingat bahwa cara tersebut bukan dengan memberikan anak gadget atau mainan lain.

Pemberian tontonan atau game melalui gadget, televisi, atau media lainnya memang membuat anak fokus dan mudah disuapi saat makan. Namun cara tersebut membuat anak tidak menyadari kegiatan makan dan jadi terbiasa untuk disuapi terus.

Atur jadwal makan yang teratur

Sudahkah Ibu mengenal dan menerapkan tentang feeding rules sesuai dengan buku panduan MPASI? Salah satu rules-nya adalah tentang mengatur jarak waktu makan anak. Buatlah jadwal makan yang teratur setiap harinya, agar anak tahu dan merasakan rasa lapar.

Dengan demikian akan lebih mudah untuk anak makan dengan lebih lahap karena anak merasa lapar. Mengajak anak beraktifitas fisik juga bisa membantu anak menjadi lebih lahap dan fokus saat makan.

Sebagai Ibu pembelajar, Ibu juga bisa mempelajari cara hipnoterapi anak untuk memberikan sugesti positif agar anak bisa dan mau menikmati proses makannya. Memberikan sugesti atau sounding secara konsiten bisa membantu mengubah perilaku anak, termasuk dalam proses makan.

Satu lagi yang tidak kalah penting dalam mendampingi anak makan setiap harinya. Ibu diharapkan sudah tuntas dalam mengelola emosi anak atau pun diri sendiri. Begitu juga dalam berekspektasi, jangan menaruh harapan terlalu tinggi saat menyajikan menu makanan untuk anak.

Dengan begitu, Ibu akan jauh dari rasa kecewa yang bisa memicu emosi saat anak ternyata tidak cocok dengan menu yang Ibu buat.

Kesimpulan

Makan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Jadi sudah sepatutnya anak akan merasa lapar dan membutuhkan makan. Namun karena satu dan lain hal, anak bisa menolak makanan yang Ibu berikan.

Memang sudah menjadi tugas seorang Ibu untuk memberikan asupan gizi yang seimbang untuk pertumbuhan anak-anak melalui makan. Namun di sisi lain, cara dan proses makan itu sendiri yang justru kurang diperhatikan, sehingga membuat anak trauma dengan makan.

Semoga dengan menerapkan cara mengatasi anak trauma makan di atas, bisa membantu Ibu untuk mengembalikan lagi fitrah anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan demikian, anak-anak bisa tumbuh menjadi generasi yang sehat dalam menggapai cita-citanya.



Iva C Wicha
Parenting Enthusiast, Happy to share #FunLearning idea for Kids on my Instagram, Email: ivacwicha@gmail.com

Related Posts

4 komentar

  1. aku setuju dengan poin mengatur jadwal makan yang teratur, agar lebih tertata dan terbiasa :D

    BalasHapus
  2. Took me time to read all the comments, but I really enjoyed the article.

    BalasHapus
  3. It proved to be Very helpful to me and I am sure to all the commenters here!

    BalasHapus
  4. jadi teringat dulu si bungsu juga waktu kecil tidak bisa kemasukan nasi, kalau masuk nasi selal muntah, alhirnya setelah tahu penyebabnya karena kalau makan seringnya langsung ditelan tidak dikunyah hehehe, baru deh sampai sekarang bisa kemasukkan nasi.

    BalasHapus

Posting Komentar